in the night, in the deepest night
1:17 AMDulu pada suatu ketika saat saya sudah agak besar, sudah jadi orang yang diijinkan keluar malam, akhirnya saya sadar satu hal bahwa, sebenernya sih, malam ternyata tidak segelap itu. Tidak lalu hitam total tanpa cahaya. Dan saya, entah kenapa, pernah kecewa karenanya. Saya pikir, idealnya malam itu gelap, benar-benar gelap sehingga suatu ketika jam 12 malam, ketika kamu keluar, kamu akan benar-benar tidak bisa melihat apapun. Tapi nyatanya nggak juga kan? Nyatanya diluar banyak lampu, atau bahkan walau tanpa lampu, kamu bisalah melihat walau sedikit. Langit juga nggak terus hitam total. Malah kayak abu-abu gitu. Matamu juga akan beradapatasi sedemikian rupa sehingga kamu akan dapat melihat. Kamu masih bisa melihat. Orang di sampingmu juga masih bisa kamu lihat. Kamu tidak buta.
Dan hal itu seharusnya kamu syukuri.
Dan memang harus disyukuri, sih.
Bahwa pada tengah malam pun, pada malam yang paling gelap pun, masih ada cahaya yang dapat kamu rasa. Masih ada sesuatu yang dapat kamu lihat.
Oh wahai, sebenarnya hidup ini memang didesain olehNya untuk menjadi menyenangkan :)
*tulisan yang dipersembahkan oleh rasa kangen yang berlebihan, terhadap jalan-jalan, terhadap gunung, terhadap pemandangan malam, terhadap senter, terhadap lilin, terhadap jalan setapak, terhadap jarak pandang 3 meter, terhadap kabut, terhadap awan, terhadap angin, terhadap dingin, terhadap sunrise, terhadap sunset, terhadap teman-teman seperjalanan, terhadap capek dan pegel. semoga dapat segera naik sebelum kangen ini harus ditabung kembali karena dunia nyata sudah dekat
0 comments