Dingin Imajiner

6:08 AM

Di suatu malam, di padang rumput, di 2950 meter di atas permukaan laut. Udara sedang dingin-dinginnya dan langit sedang banyak bintang. Bara api masih sedikit menyala, sisa api unggun dua jam yang lalu. Kopi sudah sedikit dingin. Di dekat situ, lampu yang sedari tadi menyala di tenda-tenda sebelah mulai meredup, seiring juga dengan tawa-tawa mereka yang mulai menghilang. Tapi kamu masih di situ. Duduk begitu saja di atas matras karet.  Di luar.

Apa yang kamu pikirkan?

Jarum pendek di jam tanganmu hampir menunjukkan angka empat. Sementara kamu masih terjaga. Sambil memanaskan air untuk gelas kopimu yang kelima, dan meniup sisa bara untuk melawan udara yang semakin dingin. Sebenarnya kamu bisa masuk ke dalam tenda yang hangat. Tapi kamu merasa sayang untuk melewatkan ini semua. Sementara dari handphonemu, Alice Boman mengalir menemanimu.

Apa yang kamu inginkan?

Berkas merah mulai menyeruak, menembus mega. Langit yang hitam pelan-pelan menjadi ungu kejinggaan. Bukit-bukit hijau di sekelilingmu mulai terlihat. Daun-daun di bunga edelweiss seolah beku dengan embun-embun yang menempel di sekitarnya. Kamu mulai berdiri. Melepas jaket lapisan terluar. Merasakan udara dingin menghujam masuk ke dalam tubuhmu. Kamu berjalan ke arah depan, ke dekat jurang. Menembus semak-semak kecil. Menuju sumber berkas cahaya itu.

Apa yang kamu rasakan?

Dari balik awan yang gelap, matahari mulai terbit.

Ada perasaan romantis yang kamu rasakan secara spontan. Kamu duduk diam memandang ke arah timur. Kamera yang ada di tanganmu, kamu biarkan begitu saja. Kamu hanya diam, dan tersenyum. Sinar matahari pelan-pelan menerpa tubuhmu. Dan udara,
dan udara,
pelan-pelan menjadi hangat.

Dan sementara itu di timur sana.
Jauh di timur sana.
Di balik matahari yang terlihat dekat itu. Kamu letakkan hatimu pada seseorang yang juga sama denganmu. Duduk diam menunggumu dalam do'anya ketika subuh.

Kepadanya, kepada rindu itu, kamu kembali ke tendamu.

Kamu mengambil tas ranselmu. Mengambil minuman dan makanan kecil secukupnya. Lalu bersiap-siap melanjutkan perjalananmu ke atas. Ke puncak. Sebelum nantinya kamu akan kembali ke haribaan.



--foto oleh di ambil dari kamera Addinaf

You Might Also Like

0 comments