perpetual avalanche

Pagi hari ini dipersembahkan oleh hal-hal yang sebentar lagi akan menjadi lalu. Mau kemana habis ini? Mau ngapain setelah ini? Mau kemana? Mau jadi apa?

Ipeh, disela-sela brainstorming cari ide buat lomba, bilang bahwa kita mah harus tetep idealis. Harus. Itu mah dibawa sampe besok-besok, jangan terus waton. Iya peh, pengennya juga gitu. Tapi kadang ketika lihat temen-temen yang bersemangat cari kerja, atau bahkan udah keterima, dan gajinya gede, ya tetep jadi semacam "duh.." gitu sih. Apalagi lingkup pertemanan juga masih sangat dekat. Ada lah perasaan bersalah kalau masih gini-gini aja. Ya kalo pengennya jangan jadi murah dulu sih.  Jual diri harus, tapi jangan terus melacur.

Jadi mahasiswa itu emang zona nyaman banget. Apa-apa difasilitasin. Kadang emang resek sih, tapi kayaknya apapun yang kita lakukan bawaan tetep jadi aman. Tetep bisa foya-foya ngabisin duit kemana aja dengan santai. Tapi karena setelah ini selesai, maka harus juga mulai khawatir. Maka dari khawatir kemudian harus juga dimulai ikhtiar. Tapi dari ikhtiar maka jangan lalu cuma mikir aja. Plan it, do it.

Plan it, do it.

Maybe everything won't go as your plan. Yes, shit will happen eventually. Even when you'll do is a good thing. Tapi ya kalo ga gitu, hidup ga akan menjadi menarik buat diceritain. Game RPG juga ga akan jadi kece kalo jalan ceritanya lancar-lancar aja kan? Si Link aja butuh muter kemana-mana biar bisa nyelametin purti Zelda. Gold aja harus muter-muter di rerumputan kalo mau nyari Entei. Cloud aja harus sabar melihara chocobo sampe jadi gold chocobo biar dapet summon materia Knight of The Round. Semua ada prosesnya. Dan dalam proses itu, harus ada konsisten. Dan sayangnya, di dunia nyata, nggak ada walkthrough yang pasti. Everybody has their own story. And we must find ours.

Pagi besok hari bukan hari dimana hal-hal seperti biasa akan terjadi. Keluar dari kotak, sudah saatnya maju. Bergerak. Karena berhenti berarti mati.

Dulu pada suatu ketika saat saya sudah agak besar, sudah jadi orang yang diijinkan keluar malam, akhirnya saya sadar satu hal bahwa, sebenernya sih, malam ternyata tidak segelap itu. Tidak lalu hitam total tanpa cahaya. Dan saya, entah kenapa, pernah kecewa karenanya. Saya pikir, idealnya malam itu gelap, benar-benar gelap sehingga suatu ketika jam 12 malam, ketika kamu keluar, kamu akan benar-benar tidak bisa melihat apapun. Tapi nyatanya nggak juga kan? Nyatanya diluar banyak lampu, atau bahkan walau tanpa lampu, kamu bisalah melihat walau sedikit. Langit juga nggak terus hitam total. Malah kayak abu-abu gitu. Matamu juga akan beradapatasi sedemikian rupa sehingga kamu akan dapat melihat. Kamu masih bisa melihat. Orang di sampingmu juga masih bisa kamu lihat. Kamu tidak buta.

Dan hal itu seharusnya kamu syukuri.

Dan memang harus disyukuri, sih.
 
Bahwa pada tengah malam pun, pada malam yang paling gelap pun, masih ada cahaya yang dapat kamu rasa. Masih ada sesuatu yang dapat kamu lihat.

Oh wahai, sebenarnya hidup ini memang didesain olehNya untuk menjadi menyenangkan :)



*tulisan yang dipersembahkan oleh rasa kangen yang berlebihan, terhadap jalan-jalan, terhadap gunung, terhadap pemandangan malam, terhadap senter, terhadap lilin, terhadap jalan setapak, terhadap jarak pandang 3 meter, terhadap kabut, terhadap awan, terhadap angin, terhadap dingin, terhadap sunrise, terhadap sunset, terhadap teman-teman seperjalanan, terhadap capek dan pegel. semoga dapat segera naik sebelum kangen ini harus ditabung kembali karena dunia nyata sudah dekat

Sepertinya memang saya harus jatuh cinta kepada kota ini. 

sometimes,
really just sometimes,
i want that night to be a happier night,
ended with more smile, more laugh, and anything that made us feel happy.

but it's just sometimes, kok tiw.
karena toh sekarang tiap hari adalah hari-hari yang menyenangkan,
yaa kadang nyebelin sih, resek, rebek, bikin males,
but still, it's fun,
to be with you, is fun
:)

happy 2nd anniversary dear nona gen cerewet yang lagi giat diet,
semoga sukses, cepet kurus cepet lulus,
yeay \m/

Seperti yang mungkin sudah kita ketahui bersama, kehidupan manusia Indonesia dari 2012 sampai 2013 ini (ya mungkin kalo kamu hipster, udah kenal dari 2011) sarat akan warna baru di blantika musik dan pergaulan sosial manusia-manusia masa kini, yaitu apa? yaitu ngaidol. Terutama adalah karena kemunculan sister group idol kece dari jepang ke jakarta, yaitu JKT48. Kehidupan dan pergaulan sosial baru ini kemudianlah yang akan menjadikan keuangan insan muda Indonesia terutama lelaki (ya cewek juga ding kadang-kadang) menjadi seret karena harus membeli CD dan DVD album Heavy Rotation dan baru-baru ini single River yang harganya diatas harga CD kebanyakan, beli photo pack yang random, ke Jakarta-ke theater di fx, beli kaos, beli official guide book, beli lightstick, nonton konser kalo ke daerah, ke dashyat atau apalah nama musik show lain kalo ada show, gathering dengan fans, dan lain-lain, dan lain-lain yang bikin kita bisa merasa tambah dekat dengan oshimen kita. Dan juga masih harus susah-susah update gosip yang jarang ditemuin di cek n ricek atau insert. Dan harus rajin-rajin ke forum buat dapet info terkini. Dan harus rajin-rajin buka twitter buat liat ucapan selamat pagi-siang-sore-malam-udah makan belum-udah solat-dan-lain-lain sambil twitpic muka oshimen kita yang lucu. Dan mungkin hal-hal lain yang orang lain tidak bisa bayangkan seperti menulis fanfic, menulis fans-letter, memberi gift, ke bandara, dan lain-lain sehingga dengan itu kita akan merasa semakin dekat, semakin, dan semakin dekat dengan oshimen kita. Kehidupan yang susah sebenarnya. Hem hem.. tapi ya gimana ya, anak-anak jekate, terutama Sonya sama Cigul itu lucunya kebangetan je.

Oh apa? Kamu tidak tahu apa yang dari tadi saya bicarakan?
Oh ya ampun, baiklah.

Jadi begini!


Mungkin kamu adalah orang-orang seperti beberapa rekan saya di kehidupan nyata, yang masih merasa iki selo banget ngaidol gitu, ngabis-ngabisin tenaga banget sih. Padahal rak yo twitmu gak bakal dimention balik mbok kamu mention setiap menit. Tapi ya gimana yaaa~ Ngaidol itu adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan sih. Liat foto sama vidio-vidio G+ Cindy Gulla itu bikin berasa lupa sama pacar sendiri sih~ *ups


Tapi ya gitu deh, kebanyakan dari kita mah, apalagi orang lokal sini, yang namanya nyinyir itu banget. Kehidupan pergosipan yang biasa muncul cuma dalam lingkup ibu-ibu arisan, mencuat ke dalam ranah dunia maya. Maka dari itu, mental harus disiapkan karena kebanyakan dari kita yang ngefans biasanya bakal di-judge vvota, atau lebih parah lagi: alay. Padahal yaaa, nggak juga sih ya? Ya kadang bisa iya sih kalo kebangetan. Tapi kan kalo sehat ya engga juga. Lagian ngaidol itu kepuasan batiniyah yang cuma bisa dirasakan sama kita yang ngefans aja. Tapi sekali lagi ya gitu deh orang lokal sini. Belum apa-apa udah ngejudge. Lama-lama, yang mainstream oleh rakyat kebanyakan tadi (dan juga masuknya orang-orang baru yang berlebihan dan aneh dalam hal ngaidol) akan dicap oleh mayoritas jamaah dunia maya sebagai orang yang alay.

Jadi contohnya kayak dulu tuh, ngetik k4YaK g1nI, kita semua mengakui kalau itu dulu gaul dan kece abis, sms pake huruf gede kecil, apalagi ke gebetan, itu hal yang kece-banget. Terus bikin friendster pake nama-nama yang misal bayoe angin gunung itu gahul. Tapi karena masuknya orang-orang baru yang okelah kita katakan kampungan karena (dan cuma karena) emang berasal dari daerah (kampung), terus kita gengsi, terus kita minder, terus kita hujat habis-habisan orang-orang baru yang meniru kebiasaan tadi. Kita katakan alay-lah, atau apalah. Padahal ya dulunya generasi kita-kita juga yang menciptakan kebiasaan kaya tadi itu. Munafik ya? Ya tapi ya emang fail sih tulisan gede-kecil-angka. Ribet aja gitu.

Tapi ya, sekarang ini, kehidupan ngaidol sudah diserang oleh jamaah-jamaah dunia maya yang semakin beringas. Dibikinin meme kalo ngaidol itu aneh dan dikasih stigma yang bermacam-macam ragam sehingga mungkin beberapa dari kita yang ga kuat mental akan menyembunyikan identitas dan terutama oshi-men nya. Hah, kebiasaan sih emang sini mah. Kalo di jepang, mereka kan cuek aja, tapi kalo di Indonesia dengan tingkat kehidupan sosial yang terlalu dekat, ya jadi gitu deh.


Ya emang sih kegiatan ngaidol bagi sebagian orang itu emang aneh, tapi ya kita sebagai insan muda ngaidol harus bisa memposisikan diri dalam ibadah per-idol-an. Kalo emang mau beli DVD 50 biji biar bisa handshake 8 menit sama oshimen kita, ya udah beli aja gapapa, asal njuk jangan jadi aneh di twitter pamer-pamer. Atau mention oshi kita 24x7 hari, itu udah ga sehat mas namanya. Atau beberapa hal yang kaya gambar di atas kayak ga cuci tangan abis handshake sama oshi. Hal-hal yang kaya gitu yang bikin jamaah ngaidol dapet stigma aneh. Yah gitu deh..

Sama jangan buta kalau udah ngaidol sih. Jangan terus di hp, di laptop, di soundcloud, isinya lagu jekate48 semua. Di media jejaring sosial juga isinya jekate48 doang. Ngaidol boleh tapi jangan lupa sama kehidupan dunia nyata. Saya juga sih, masih ndengerin band-band kece lain selain JKT48 kayak blur, led zeppelin, the beatles, dan bahkan metallica, sama the sigit, sama melancholic bitch juga, sama yang lain-lain yang mainstream atau indie. Bebas. Kalo emang buat beli apa-apanya jekate48 tapi ga punya duit ya ga usah nyolong dari mama, atau jual ginjal. Ngaidol dalam batas wajar aja, karena toh kalo mau Cindy Gulla jadi pacarmu ya cara satu-satunya adalah dengan menggebet dirinya yang itu sangat tidak mungkin kecuali kamu tetangganya, atau kamu temen sekelasnya, atau kamu adalah orang paling kaya dan tampan sedunia, atau kamu adalah Greyson Chance. Nah, karena kamu bukan, maka ya mari hidupilah dunia nyata, cari gebetan juga yang bisa digebet dunia nyata. Jangan hidup di area delusi. Sekali-sekali ajalah kalo itu mah. Kalo ga dapet-dapet ya berarti belom cukup usaha, kan impian ada di tengah peluh, usaha keras tak akan mengkhianati. Yes!

Jadi yah gitu deh saudara-saudara. Gimana juga kita para fans juga semacam korban dunia marketing yang kejam sih. Yang harus beli ini itu yang mahal biar kita bisa berasa deket. Tapi ya teteplah, walaupun gitu ambil postifnya. Kita juga kan semangat kalo si oshi ngucapin semangat ke kita kan yaa.. Semoga stigma-stigma ga enak juga ga tertancap pada para idola kita. Lagian, JKT48 juga kurang kece apa sih? Udah bisa konser di Tokyo Dome yang ditonton 48ribu orang secara live di Jepang sana, belom yang nonton di TV, atau youtube. Kece abis! Go Internasional banget!


Yes gitu aja.
Hidup ngaidol! Oi oi oi~

*beberapa gambar bener-bener diambil dari hasil google tanpa hak cipta, maklumlah yaa sekali-sekali*

[tulisan panjang]

Cerita-cerita tentang perjalanan itu selalu bikin kangen. Karena bikin kangen, ada baiknya kita ga usah sering-seringlah traveling, atau naik gunung. Biar tetep kangen. Biar nggak bosen. Segala yang berlebihan itu ga baik, hahaha..

..padune ga ada duit
..ga ada temen juga

..sigh

Jadi begini!

Pada dasarnya, saya adalah salah satu dari mereka yang entah kenapa suka naik gunung. Padahal serius, naik gunung itu capek. Capek banget! Sampe ketika kamu sudah berjalan kira-kira setengah jam dari basecamp, kamu akan menyadari bahwa.. ngapain sih ini?! Jalan-jalan ga jelas gini, bawa carrier yang berat pula, mana jalannya naik lagi, mana ga sampe-sampe, mana setelah dua jam jalan dan ga ada tanda-tanda kita udah sampe pos, temen-temen sependakian mulau berkicau tentang "mana ini posnya? udah mau nyampe belom sih?".  Apalagi kalo pendakian malem, apalagi kalo hujan, apalagi kalo angin kenceng dan badai. Tambah capek. Tambah ngrasa kurang kerjaan. Kurang kerjaan banget ga sih ya di alam antah berantah gini? Mending ya di rumah, tiduran sambil youtube-an video JKT48, sambil makan indomie cabe rawit atau ngemil oishi pillow, terus minum futami. Oh indahnya hidup. Eh tapi sebenernya di gunung bisa juga sih makan indomie cabe rawit sama ngemil oishi pillow terus minum futami. Tapi ya ga bisa sambil selonjoran di kasur yang empuk sambil selimutan. Bisa juga sambil nggelesor di tanah, dan dingin udara gunung, dan sembribit angin yang ga berhenti-berhenti. Seratus ribu persen lebih enak di rumah.

Tapi ya dasar, mau gimana lagi? Gimanapun naik gunung itu adalah candu. Sebenernya ini klise dan kayaknya juga udah banyak yang pamer, tapi di atas awan itu ya emang kece abis. Udara di gunung itu mau kamu ke mana juga, ga ada yang bisa ngalahin. Keren deh.  Ketika kamu udah di bawah, rasa pengen pamer foto-foto sama orang-orang, temen, apalagi gebetan buat modal mbribik itu juga nilai tambah banget, hahahaha.. Tapi tetep deh, mau gimana-gimana gitu juga ga ada alasan buat ga naik gunung. Karena ya "because it's there" gitu deh. Quote siapa gitu lupa. Google aja.

Tapi sekarang ini jadi agak sedih gitu sih. Pertama, sayanya jadi jarang naik entah kenapa. Mungkin sibuk. Sibuk bermalas-malasan. Kedua, mungkin ini nyinyir banget sih, tapi orang-orang yang naik gunung, apalagi karena paska liat film 5cm, biasanya ya naiknya gitu deh. Aturannya beda sama yang naik karena emang suka. Aturan murni pengen keren aja. Pengen hipster gitu. Bajunya flanel terus pake kaos "keep calm and climb the mountain" warna merah, pake syal, pake celana jeans sama sepatu gunung, terus pake kacamata sama slyaer. Tidak lupa pakai parfum dan bawa cewek yang juga kece. Bawaannya kayak udah yang paling bisa foto, tapi juga paling narsis. Fotonya dikeren-kerenin pake DSLR, udah gitu difilter, terus kasih '[isi nama orang yang dinyinyirin]-photoworks', terus dipost di seluruh sosial media, terutama instagram, sambil kasih hashtag #bukan_dunia_maya, sambil lagi-lagi dikasih filter. Selo mas! Terus yang paling parah, kalo ketemu pendaki lain ga nyapa. Cuma sibuk sama rombongannya sendiri. Terus sampah juga ga diurusin banget. Buang aja seenaknya. Potong pohon buat dijadiin api unggun juga ga pake aturan. Terus ngambil bunga edelweiss buat gebetan di bawah. Terus kalo naik sama yang udah pengalaman, temennya yang itu dijadiin seolah-olah babu serba bisa yang nyiapin mulai dari tenda dome, api, sampe dibikinin makan. Sedih banget ga sih?


Yah gitu deh pokoknya. Sebenernya ya gapapa juga. Toh gunung juga bukan punya anak mapala aja. Toh buat naik gunung juga ga perlu pake digembleng sama kakak-kakak senior. Kalo mau mah tinggal naik aja. Toh sebenernya kalo dibilang yang paling berhak nyinyirin kita ya penduduk desa yang tinggal di sekitaran jalur yang kita lewatin itu. Yang jadi kotor sama pendatang yang entah siapa karena mereka ngga kenal. Ngasih uang juga enggak kan. Eh ngasih ding kak, tapi cuma uang parkir, sama uang asuransi yang ga seberapa (dan masih aja banyak orang protes!). Sama kalo beli makan. Sama seenaknya ngasih pipis dan eek di wc-nya. Tapi ya emang naik gunung itu kan buat semua orang sebenernya. Asal resiko tanggung sendiri karena kamu cuma bayar berapa sih sama asuransi? Tapi ya itu sih. Lebih bagus lagi kalo pake aturan sama adatnya orang biasa naik gunung. Nyapa sama orang-orang, norak gapapa tapi jaga aturan, buang sampah dijaga terus dibawa turun, lebih bagus lagi kalo sambil ngambil sampah yang dibuang si hipster tadi. Keren lah kamu.

Oh ngomong-ngomong naik gunung, ada anime jepang yang lucu gitu tentang naik gunung. Judulnya Yama No Susume. Jadi ceritanya ada dua orang cewek moe yang suka naik gunung gitu. Eh satu sih, satunya lagi dipaksa, tapi ya jadi suka juga. Disana diceritain kalo di Jepang gunung-gunung itu diurusin jadi keren gitu. Jalurnya jelas banget, kaya di-dak, sama dikasih pembatas. Terus ada yang jualan juga, mulai dari semacam okonomiyaki, nasi kepal, terus apa gitu yang bulet-bulet ditusuk. Sama suvenir juga gantungan kunci lucu bentuknya kayak tupai sama serangga gitu. Tapi lucu. Jadi kayak maskot gitu. Dan itu letaknya di deket puncak gitu. Ada semacam kran air mancur juga di sana-sini, jadi kalo minum lebih enak. Ada level pos pendakiannya gitu, jadi kalo mau naik dari atas tinggal naik kereta gantung. Asik deh! Coba gunung di Indonesia ada yang dibikin kaya gitu, pasti kece. Dan terutama juga gunung jadi lebih bersih soalnya ada yang ngurusin.


Hem hem yaudah itu aja. Namaste \m/